Pendidikan Tinggi Jerman Bersaing Membangun Riset Unggulan
Di era dunia tengah bergemar dengan sesuatu serba mini dan muat
di kantong, Universitas Karlsruhe di Jerman tidak mau kalah dalam
perlombaan itu. Kemahiran menghasilkan produk dalam skala nano menjadi
salah satu keunggulan yang tengah dikembangkan di universitas dengan
tradisi keilmuan panjang tersebut.
Riset struktur nano fungsional menjadi salah satu keunggulan yang
tengah dibangun di universitas kami lima tahun terakhir. Sekarang kami
semakin giat mengembangkan teknologi nano untuk gadget kecil,” ujar Head
of International Office Universitas Karlsruhe Achim Niessen akhir
Oktober lalu. Terdapat grup periset khusus bidang itu.
Riset Universitas Karlsruhe di bidang nanoteknologi tidak berdiri
sendiri, tetapi merupakan bagian dari skema program Initiative of
Execellence. Program itu diluncurkan The Deutsche Forschungsgemeinschaft
(DFG/Dana Riset Jerman) dan German Science Council yang dikomando
pemerintah federal untuk mendorong keunggulan. Universitas Karlsruhe
mendapatkan 85 juta euro dari dana tersebut. Sebagian uang dipakai
membangun cluster keunggulan di bidang teknologi nano.
Universitas Humboldt sebagai salah satu dari lima universitas riset
teratas di Jerman juga tengah menggalang dana untuk membangun keunggulan
risetnya. Universitas tersebut berkonsentrasi di beberapa bidang,
seperti optik, sejarah, arkeologi, serta iklim. Budget dari pemerintah
untuk seluruh kegiatan universitas sekitar 230 juta euro per tahun.
Selain itu, terdapat dana dari pihak luar sekitar 60 juta euro per
tahun, terutama untuk riset.
Tetap bangun keunggulan
Sebagai negara maju, Pemerintah Jerman tetap melihat betapa
persaingan semakin kuat. Tantangan bukan hanya dari kawasan Eropa dan
negara maju lainnya, melainkan juga dari Asia.
Dengan perekonomian dunia yang kian berbasis ilmu pengetahuan, Jerman
berada dalam atmosfernya. Sejak dahulu telah disadari betapa
terbatasnya sumber daya alam yang dimiliki. Pendidikan di Jerman lalu
dibangun berdasarkan kesadaran untuk memupuk kekuatan ilmu pengetahuan,
riset, dan sumber daya manusia. Industri negara ikut digerakkan oleh
riset dan pengembangan.
Jerman terus membangun keunggulan. Itu tampak dari skema initiative
of excellence yang dijalankan sejak 2006. Jumlah keseluruhan dana
sekitar 1,9 miliar euro tahun 2006-2011. Dana itu hanya dibagikan kepada
perguruan tinggi tertentu guna menguatkan program pascasarjana, cluster
riset unggulan, dan penguatan institusi. ”Pengucurannya sangat
selektif. Terutama untuk riset dasar fundamental di perguruan tinggi.
Mereka memilih risetnya sendiri,” ujar Rudiger Jutte, Head of Section
Academic Recognition German Rectors’ Conference.
Kreatif bangun riset
Universitas Karlsruhe berupaya menambah tenaga dan dana. Universitas
itu mengintegrasikan diri dengan pusat penelitian terdekat, yakni
Forschungszentrum Karlsruhe GmbH. Penggabungan itu untuk menghemat
anggaran negara karena inovasi dari riset dapat dijual. ”Penggabungan
itu masih dalam proses legalisasi,” ujar Vice President of Studies and
Teaching Jurgen Becker.
Universitas menekankan pula relasi kuat antara riset, pendidikan
tinggi, dan inovasi. Mahasiswa dilibatkan dalam riset-riset kecil.
Harapannya, mahasiswa mampu melahirkan inovasi dan mendirikan perusahaan
sendiri berdasarkan hasil penelitian mereka. ”Mahasiswa didorong
mengembangkan penelitian menjadi produk yang lalu dipatenkan. Mereka
dapat memulai usaha kecil,” ujar Niessen.
Upaya itu tak lepas dari karakter kota Karlsruhe. Kota itu
berpenduduk 140.000 jiwa dan 40.000 di antaranya mahasiswa. Terdapat
sekitar 800 usaha kecil dan menengah di kota itu. Di kawasan di Eropa,
Karlsruhe di urutan keenam sebagai kawasan yang menarik untuk industri
kecil dan menengah. ”Di sini hanya ada dua industri besar, yakni ban
Michelin Tyre dan kosmetik L’OrĂ©al,” kata Niessen lagi.
Upaya membangun budaya riset di pendidikan tinggi itu diperkuat
dengan berbagai fasilitas. Di Universitas Karlsruhe perpustakaan buka 24
jam.
Demikian juga dengan tenaga pengajar dan periset. Di Karlsruhe,
pendapatan dasar seorang profesor sekitar 70.000 euro per tahun (sekitar
Rp 910 juta). Masih ada asuransi pendidikan dan kesehatan. Ada pula
pendapatan yang bersifat kompetitif dan dana-dana tambahan lainnya.
Profesor yang telah pensiun juga diperbolehkan berada di universitas
hingga berusia 68 tahun dan diperkenankan menggunakan fasilitas. Mereka
diharapkan mengader para peneliti muda. Ada pula skema professorship,
yakni pembagian waktu dan penggajian seorang profesor dengan komposisi
50: 50 antara universitas dan perusahaan.
”Ini memperkuat hubungan antara universitas dan industri. Dulu,
dianggap tidak etis kalau akademisi juga menjadi pengusaha atau bekerja
di perusahaan. Kami ingin menerobos hal itu,” kata Niessen.
Di Universitas Humboldt pun demikian. Perguruan tinggi itu kini
tengah mengintegrasikan perpustakaannya dengan fasilitas komputer dan
media lain di bawah satu atap dengan nama Schrodinger Centre di
Adlershof Grimm Centre. Di perpustakaan yang didirikan pada 1831 itu
terdapat 6,5 juta buku, 9.000 majalah, dan koleksi spesial.
Head Public Relations Universitas Humboldt Thomas Richter mengatakan,
perguruan tinggi itu menekankan pengajaran dan riset secara bersamaan.
”Sains tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus ditransfer,” ujarnya.
Tak mengherankan jika manajemen tenaga pengajar menjadi salah satu
perhatian besar mereka. Terdapat 35 profesor spesial terdiri dari
profesor penuh waktu di Universitas Humboldt dan tenaga dari luar
universitas di posisi menentukan di berbagai institusi riset. Selain
itu, sejumlah profesor yunior tersebar di sejumlah grup riset.
Para tenaga pengajar dan periset bekerja sesuai dengan keahlian dan
minatnya masing-masing serta memiliki jaringan ke berbagai lembaga
penelitian serta industri.
Kerja mereka ikut menggerakkan industri, perekonomian, dan
kesejahteraan masyarakat. Istilah ”universitas riset” yang tercantum di
brosur perguruan-perguruan tinggi itu pun tidak lagi sekadar cap belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar