Senin, 14 April 2014

Secercah kenangan sekolah

Cristoph Probst Gymnasium, meine schule wenn ich in dei fuenfte und sechste klasse war.

Masa masa ku kelas lima dan enam ku lalui di sini, CPG. Bersama teman-teman dan guru-guru baru. Yang ku tahu, sebelum menginjakkan kaki di sini waktu itu, aku bukan satu-satunya orang indonesia yang gabung belajar di sini. Ada Arini dan Arika juga. Katanya sih, pelajaran matematika di sini lebih mudah daripada Indonesia. Ya, walau bahasa jermanku masih belepotan kala itu, mendengar berita ini rasanya hati jadi lebih lega.
Dari rumah, di hari pertama sekolah aku mengayuh sepeda bersama abi. Memakai jaket tebal berwarna hijau, dan menggendong tas sekolah ala anak-anak seumuranku. Di Jerman, kelas 5 itu kelas satu-nya Gymnasium. (Sebelum ke gymnasium, sekolah dulu di Grundschule atau sekolah dasar.) Jadi, teman-teman seumuranku nantinya, juga adalah anak baru. Kami sama-sama baru. Masih belum kenal seutuhnya, walaupun beberapa di antara mereka sudah saling mengenal dari sekolah lamanya.

Di kelas, gurunya nerangin banyak hal. Cas cis cus banget ngomongnya, luancar tenan kaya gak ada titik komanya. Entahlah apa yang dibicarakannya. Selain duduk di kelas, acara hari pertama kita itu juga keliling sekolah baru. Ya, kenalan ruang aula, kantor guru, kantin, kelas beserta fungsinya, lapangan olahraga, perpustakaan dan taman bermain. Luas banget ternyata, dan fasilitasnya cukup lengkap. Di hari pertama itu, aku dikerumunin sama anak-anak sekelas. Bukan karena kehebohanku di kelas. Tapi sepertinya mereka ingin kenalan. Karena aku, satu-satunya murid dari asia yang bahasa Jermannya masih beginner banget. Mereka naanya banyak hal, tapi apa boleh buat, ku jawab apa adanya yang ku tahu.
" Wie heisst du? Siapa namamu? "
" Ich bin Khonsa "
" Woher kommst du? Kamu datang dari mana?"
" Ich komme aus Indonesien "
" Und in welche Stadt? Di kota apa? "
" Bogor "
" Wo wohnst du? Kamu tinggal di mana?"
" Ich wohne in Gilching "
" Wie alt bist du? Berapa umurmu?"
" Ich bin elf jahre alt" 
" Hast du Geschwister? Bruder oder schwester? " 
" Ja, ich habe zwei brueder. "
Pertanyaan-pertanyaan ini, alhamdulillah aku udah diajarin sama uminya Fiki. Tapi, mereka gak nanya itu doang, banyak banget pertanyaan-pertanyaan mereka. Aku hanya tersenyum sambil mengelengkan kepala, ora ngerti. Got sei dank, untungnya ada Arika di kelas. Dia akhirnnya ngasih tahu mereka bahwa aku baru dateng ke sini, dan masih belum ngerti banyak bahasa Jerman. Mengertilah mereka. Alahamdulillah, gak kebayang waktu itu kalau gak ada Arika bagaimana. Oh ya, kayanya mereka ngerumunin aku juga karena satu-satunya siswi yang berkerudung, oren pula kerudungnya ada di kelas mereka. Ya, satu-satunya, di sekolah yang berisi ratusan orang itu. Bicara muslim yang ada di sekolah itu sih, ada banyak aku yakin, tapi yang mau pakai kerudung ke sekolah gak ada. Pun, kalau ada muslim yang pakai kerudung di sekolah itu, dapat ditebak : orang tua murid, dan biasanya orang Turki. Jadi, ya beruntunglah yang di Indonesia, temen-temennya juga pakai kerudung. 

hmm.. sebenernya masih pingin nulis banyak, tapi berhubung belum sempat sekarang, semoga, lain waktu bisa dilanjutkan. Makasih udah baca :)) Auf wiedersehen



James krues Grundschule, tempatnya Hasbi menimba ilmu kelas 1 dan 2 SD. 

Logo TKnya Alfy, Gilchinger Strolche


Sabtu, 12 April 2014

Berlin, da waren wir

Hello everyone, how are you? Hope you're always great there. 
Have you ever felt one day that, you miss one momment in your life, and pray that it will happen again? Well, if that will never ever happen again, at least you can memorize it. Feel it again. This is just a little childhood of me. However, don't ever forget to pray Him everytime alhamdulillah :)

 
Berlayar bersama, menikmati samudera ciptaanNya, Sang Maha Agung. Di sana ada tangki-tangki pengangkut minyak.

 Mushola di Berlin. Dalam ruang apartemen yang disewa, lalu direnov. Tempatnya muslim Berlin berkumpul, diskusi, ataupun menggelar acara bersama.

Labirin di perkotaan. Di tepi, batu-batu kotak ini pendek-pendek. Tapi, semakin dalam kita jalan, semakin merasa pendeklah kita.


Tembok Berlin (bahasa Jerman: Berliner Mauer) yang kini sudah jadi saksi bisu perang dinginnya Berlin Timur dan Berlin Barat. 

Om cerita, kalau di masa-masa pisahnya Berlin waktu itu ada beberapa keluarga yang terpisah. Anaknya di Timur, eh orang tua dan saudaranya di Barat, terpisah oleh tembok. Meski anak itu menangis ingin kembali ke keluarganya, mereka para penjaga itu bersikeras bilang "Nein. Tidak, anak kecil!! kita sedang perang dingin! Diam kau di situ." dan banyak lagi keluarga yang terpecah, oleh sejarah perang dingin memalukan ini. Tembok ini digunakan untuk mencegah semakin besar larinya penduduk Berlin Timur ke wilayah Berlin Barat, yang berada dalam wilayah Jerman Barat. Antara tahun 1961 dan 1989 ada sekitar 5.000 orang yang mencoba kabur, dengan estimasi ada 100 sampai 200 orang yang meninggal karena ditembak.

Setelah kerusuhan sipil selama beberapa minggu, pemerintah Jerman Timur mengumumkan tanggal 9 November 1989 bahwa rakyat Jerman Timur boleh pergi ke Jerman Barat dan Berlin Barat. Maka, kerumunan orang Jerman Timur pun menyeberangi dan memanjat tembok itu, diikuti pula dengan warga Jerman Barat. Beberapa minggu setelahnya, euforia publik dan pemburu souvenir akhirnya meretakkan bagian-bagian tembok itu. (Tembok aja jadi souvenir, cuma gara-gara sejarah ckckck boleh juga :) ) Nantinya, sebagian besar tembok ini dihancurkan oleh pemerintah menggunakan alat berat. Kejatuhan dari Tembok Berlin membuka jalan terbentuknya Reunifikasi Jerman, 3 Oktober 1990.
 
Hasby, my brother. Antusias.

Alfy, my brother. gaya sleding.

Reichstag neo-renaissance, Berlin. Pada tahun 1894 pembangunannya telah selesai dan sekarangmenjadi  kursi dari pemerintahan Jerman. Bangunan ini dirancang oleh arsitek Paul Wallot, dan sempat menjadi rumah dari Parlemen Jerman lebih dulu dan tetap digunakan sampai tahun 1933. Bangunan ini telah menjadi saksi sejarah pada tahun 1918 bahwa Republik Jerman diumumkan dan sejak saat itu telah menjadi tuan rumah bagi banyak peristiwa sejarah penting politik di Dunia.

Sayangnya, pada tahun 1933, diperkirakan bahwa Belanda tidak setuju dengan komunis, hingga sengaja membakar gedung itu, meskipun masih ada banyak kontroversi seputar rangkaian peristiwa yang sebenarnya. Banyak yang berpikir bahwa kebakaran itu telah sengaja dimulai oleh Nazi dalam rangka untuk meningkatkan dukungan publik dan memberikan lebih banyak kekuatan untuk Partai Sosialis Nasional Adolf Hitler.

Akibat kejadian itu, Reichstag rusak. Kerusakan lebih lanjut disebabkan selama Perang Dunia II dan juga ketika Soviet memasuki Berlin. Bangunan ini sebagian besar tetap dalam keadaan rusak sampai setelah reunifikasi Jerman pada tahun 1999, meskipun beberapa pekerjaan restorasi telah dilakukan pada awal tahun 1960, dan sekarang telah menjadi salah satu tempat wisata di Berlin yang terpopuler.

Dan, saat-saat liburan adalah waktu untuk mengantri panjang :)) So, we were just enjoying the garden.

Gerbang Brandenburg, gerbang terakhir yang tersisa di abad pertengahan, dan gerbang ini digunakan untuk memasuki kota. Ini adalah simbol kota Berlin.

Gerbang ini ditempatkan oleh Friedrich Wilhelm II sebagai simbol perdamaian, dan pembangunannya dimulai pada pada tahun 1788. Oleh karena itu, meamang sungguh  ironis bahwa selama Perang Dingin dan waktu di mana Berlin terpecah antara timur dan barat, gerbang Brandenberg ada diantara perbatasan tanah antara kedua negara itu.

Di atas gapura, terdapat Quadriga - sebuah kereta kuda yang pada zaman Romawi adalah simbol kemenangan. Setelah kekalahan Prusia 1806, Napoleon merebut Quadriga dan membawanya ke Paris di mana ia tinggal selama hampir sepuluh tahun, sampai kekalahan Napoleon setelah itu Quadriga kembali ke Jerman.

Nazi juga menggunakan Gerbang Brandenburg sebagai simbol kekuasaan mereka. Untungnya, pintu gerbang itu salah satu simbol Berlin yang tidak rusak dalam serangkaian pemboman di Berlin. 
So amazing!

 Gedung-gedung ala Eropa banget...